11 Desember 2024

Indotimpost

Berita Lokal Terpercaya

Abdul Azis, Kader IPM dengan Segudang Prestasi Terancam tidak Wisuda?

Abdul Azis, atau akrab disapa Azis, lahir di Sinjai 27 April 1997 tepatnya di Dusun Soppeng, Desa Tarungan Baji, Kecamatan Sinjai Barat. Ia merupakan kader IPM dengan segudang prestasi yang ditorehkan untuk perserikatan Muhammadiyah.
Azis mengaku memulai kekaderannya di Muhammadiyah bertempat di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Tengah Lembang pada Tahun 2013, lalu terpilih menjadi Ketua IPM Sinjai Barat dan menjabat selama 3 tahun sampai tahun 2017.
Mengawali kepengurusannya di struktur IPM kabupaten selama 2 tahun, ia kemudian terpilih menjadi ketua IPM Sinjai Priode 2019-2022.Tak berhenti di situ, kecintaannya pada Muhammadiyah membuatnya naik ke Pimpinan Wilayah sejak dipercaya menjadi Pimpinan Redaksi Lembaga Media IPM Sul-Sel 2021-2023.Sedikitnya beberapa kegiatan Muhammadiyah pada tingkat regional Wilayah sampai Nasional diikutinya sebagai dilegasi kabupaten Sinjai, di antaranya, Muktamar IPM di Sidoarjo Jawa Timur, Kopdarnas di Malang Jawa Timur, Gladi penuntun Hizbul Wathan se-Indonesia di Ponerogo, Safari Penuntun di Yokyakarta dan Jakarta, mengikuti Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan dan terakhir Muktamar Muhammadiyah di Surakarta.Selain aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah, dirinya juga mengaku pernah ketua Ranting Hizbul Wathan Sinjai Barat Priode 2014-2016, juga ditunjuk sebagai koordinator Penuntun Hizbul Wathan Indonesia Timur dan NTT, dan terakhir menjadi perintis Hizbul Wathan di Universitas Muhammadiyah Sinjai, menjadi ketua pertama Kafilah UMSI sampai sekarang.

Menyadari amanahnya di Muhammadiyah satu per-satu selesai, ia bertekad kembali ke kampusnya di UMSI untuk memperbaiki nilainya yang sempat tertinggal lalu berikhtiar menyelesaikan studinya, nahasnya, ia mengalami polemik dan terancam tidak bisa selesai.

Azis menyebut, kalau dirinya selalu ingat pesan pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan.

“Saya selalu ingat pesan pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, bahwa hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan cari hidup di Muhammadiyah makna ini sangat dalam, dan sampai saat ini saya merasa belum pernah berbuat apa-apa” jelasnya, Selasa (11/6/24).

Lanjut dikatakannya, terlepas dari persoalan pribadinya di akademik, ternyata DAD di kampus UMSI, dijadikan sebagai syarat wajib untuk selesai.

“Saya hanya bisa tersenyum dan menerima dengan mengambil hikmah bila disebut terancam DO dengan persoalan ini, saya yakin tidak ada orang tua yang ingin melihat anaknya susah, kalaupun cara ini yang diambil orang tua kami, menurutnya itu yang terbaik buat kami silahkan” tutupnya. (tim/red)